You are currently viewing Disfungsi Paling Mahal di Dunia Korporat Bernama Misalignment.

Disfungsi Paling Mahal di Dunia Korporat Bernama Misalignment.

“Culture eats strategy for breakfast.” – Peter Drucker
Tapi dalam banyak kasus di perusahaan Indonesia, execution bahkan belum sempat sarapan.


Di ruang rapat pimpinan, narasi besar digelar: transformasi digital, ekspansi regional, customer centricity. Visi-vini yang memukau para pemegang saham, disusun rapi dalam slide PowerPoint 80 halaman. Tapi begitu turun ke lantai produksi atau meja layanan pelanggan, kenyataannya berkabut. Frontliner bingung apa prioritas. Middle manager sibuk mengejar KPI yang tidak saling sinkron. Divisi demi divisi jalan sendiri-sendiri, seperti orkestra tanpa konduktor.

Ini bukan cerita satu dua perusahaan. Ini epidemi yang merebak diam-diam: ketidakselarasan strategis (strategic misalignment). Dan ironisnya, banyak manajemen yang bahkan tidak sadar mereka mengidapnya.

Strategic Alignment: Kata Kunci yang Terlupakan

Bagi kami di Nawacita, Strategic Alignment bukan jargon manajemen. Ia adalah fondasi bagi perusahaan yang ingin berkembang dengan arah yang jelas, ritme yang seirama, dan hasil yang konsisten. Tanpa alignment, strategi sehebat apapun hanya akan jadi dokumen mati.

Strategic alignment berarti menyelaraskan tiga hal secara simultan:

  1. Arah bisnis jangka panjang (visi, misi, strategi)
  2. Proses dan struktur operasional sehari-hari
  3. Perilaku dan prioritas manusia yang menjalankannya

Terlalu banyak perusahaan terjebak dalam manajemen silo: strategi dibuat oleh segelintir orang di lantai atas, tanpa komunikasi yang cukup ke bawah. Akibatnya? Tim di lapangan bekerja keras, tapi tak tahu mereka sedang menuju ke mana.

Ini bukan soal malas atau tidak kompeten. Ini soal kompas yang tidak dibagikan.

Tanda-Tanda Anda Sedang Salah Jalur

Coba periksa organisasi Anda hari ini. Jika jawaban Anda “ya” untuk dua atau lebih dari daftar ini, alarmnya sudah menyala:

  • Target tahunan berubah di tengah jalan tanpa komunikasi memadai.
  • Divisi sales dan operasional sering saling menyalahkan saat proyek gagal.
  • Karyawan frontline tidak bisa menjelaskan bagaimana pekerjaannya berkontribusi pada tujuan besar perusahaan.
  • Manajer level tengah lebih fokus pada reporting ke atasan ketimbang memperbaiki proses.
  • Perubahan strategi tidak diikuti perubahan struktur, proses, dan sistem.

Strategic misalignment itu seperti kanker stadium awal: diam-diam melemahkan dari dalam. Awalnya hanya gesekan kecil, lama-lama jadi pemborosan, demotivasi, bahkan eksodus karyawan kunci.

Alignment Bukan Workshop, Tapi Disiplin

Banyak organisasi mencoba mengobati penyakit ini dengan cara instan: workshop penyamaan visi, penulisan ulang KPI, atau pelatihan motivasi massal. Tapi alignment sejati bukan event, melainkan sistem.

Nawacita menggunakan pendekatan Integrated Alignment Framework yang mencakup lima langkah:

  1. Clarify the North Star
    Visi dan strategi harus konkret dan relevan untuk semua level. Bukan sekadar “menjadi yang terdepan”, tapi apa arti “terdepan” dalam KPI yang bisa dieksekusi?
  2. Cascade Strategi ke Operasional
    Setiap divisi perlu peta jalan yang menyambung langsung ke strategi induk. Ini artinya: struktur organisasi, alur kerja, sistem insentif — semua harus ngikut arah.
  3. Perankan Middle Management sebagai Jembatan
    Mereka bukan hanya tukang lapor ke atasan, tapi aktor penting penghubung strategi dan eksekusi. Latih mereka untuk berpikir strategis sekaligus hands-on.
  4. Drive Behavior through Performance System
    KPI harus konsisten antar divisi dan selaras dengan arah besar. Seringkali, orang bekerja keras… untuk hasil yang salah.
  5. Monitor, Reflect, Adjust
    Alignment bukan keputusan sekali jadi. Ia butuh mekanisme umpan balik, daily management system, dan refleksi berkala.

Case Study: Nissan dan Strategi yang Gagal Mendarat

Tahun 2017, Nissan mengumumkan strategi global “Nissan Power 88” — sebuah rencana ambisius untuk merebut 8% market share global dan 8% profit margin dalam waktu delapan tahun. Tapi pada kenyataannya, Nissan justru kehilangan pangsa pasar dan mengalami penurunan laba besar-besaran.

Apa yang terjadi?

Alih-alih menyelaraskan strategi dengan realitas operasional di berbagai negara, Nissan menjalankan strategi top-down yang terlalu agresif dan tidak realistis. Dealer ditekan dengan target penjualan tinggi tanpa dukungan sistem distribusi dan logistik yang memadai. Tim operasional di berbagai negara kebingungan: antara mengejar target atau menjaga integritas merek.

Ketika strategi tidak dikomunikasikan dengan jelas, tidak dikalibrasi dengan kemampuan lokal, dan tidak didukung perubahan struktur, hasilnya bisa fatal. Alignment gagal — strategi runtuh.

Akhir Kata: Strategi Itu Murah, Alignment Itu Mahal

Siapa pun bisa menyewa konsultan untuk membuat strategi lima tahun. Tapi hanya organisasi yang disiplin dan sadar proses yang mampu menjaga agar seluruh bagian bergerak seirama.

Strategi yang hebat tanpa alignment hanyalah presentasi yang mahal.

Di Nawacita, kami percaya: kalau Anda serius dengan pertumbuhan jangka panjang, jangan mulai dari strategi. Mulailah dari alignment. Karena satu tim kecil yang selaras bisa mengalahkan satu perusahaan besar yang bingung arah.


Nawacita membantu organisasi membangun sistem kerja yang selaras, efisien, dan berkelanjutan. Hubungi kami jika ingin memastikan strategi Anda tidak hanya terlihat hebat di slide, tapi juga bekerja nyata di lapangan.

Leave a Reply